Bermula
Ini adalah sebuah rangkaian kalimat yang dimana akan sangat sulit diakhiri. Menyampaikan dengan lantang dimana kisah Ku dan kisah Mu bermula.
Saat
itu, Aku sedang duduk dikelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Ujian Nasional yang tampak di depan mata, membuat
semua terasa sulit. Tapi tenang sulitnya tak akan lama, capeknya tak akan
tersisa, kala apa yang diperjuangkan telah usai dan berhasil dengan baik.
Malam
itu rencana belajar sudah ku susun dengan matang, sudah dipersiapkan
sedemikian. Naasnya notifikasi di beranda, tengah bertengger cantik menghiasi
layar ponselku. Kubuka aplikasi hijau dengan gambar telepon yang menampikan
sebuah forum chat belajar baru. Ternyata
tanpa sepersetujuan ku, ada salah seorang teman yang memasukkan ku di sana.
Aku
mencoba mengikuti alur pembicaraan mereka. Berbicara tentang banyak hal, tentang
bagaimana mengerjakan soal-soal sulit, tentang bagaimana mencari X yang selalu
hilang kala Y dan Z-nya telah diketahui. Kalu dipikir-pikir, forum chat nya
bagus juga. Orang-orang di dalamnya juga ramah-ramah, tidak ada yang diasingkan
dan terasingkan.
Dan
setelah ini awal kisah kita akan dimulai......
Awal kisah
Berawal
dari pesan dimana seseorang menyapaku tiba-tiba di sisa akhir penghujung malam.
Aku yang tak terbiasa menanggapi pesan dari seorang yang asing, memilih mengabaikannya.
Sampai pada akhirnya, jari ini bergerak sendiri membuka pesan pertama darinya.
Sebuah salam perkenalan sederhana, dengan foto kertas berisi soal matematika
yang sedikit sulit dipahami. Hanyaku baca saja tanpa berniat membalas, tapi
lagi-lagi isi kepala tak sejalur dengan yang dilakukan. Aku mengerjakan soal
itu lalu mengirimkan padanya.
Dengan cepat Dia menjawab sebuah kata terima
kasih sambil menanyakan nama kepadaku.
“Cheara.” Jawab ku singkat
“Nama yang bagus, Aku Leibra senang
berkenalan dengan mu Chea.” Balasnya kemudian, dan lagi-lagi hanya ku baca
meninggalkan centang biru disana.
Awal yang mulanya hanya sebuah perkenalan
bisa, menjadikanku terbiasa. Pesan yang tadinya hanya angin lalu untukku,
sekarang adalah pesan yang amat ku tunggu. Sampai pada akhirnya, Aku mengenal
dirinya sebagai seseorang yang baik.
Kalau dipikir ulang ini konyol, tahu gak kenapa? Ya konyol aja, Aku dapat menyimpulkan
Dirinya baik sedang aku tak pernah mendengar suaranya dan bahkan aku gak tahu
gimana mukanya. Yang Aku tahu Dia adalah orang yang begitu berbeda dari banyak
lelaki di luar sana. Aku percaya Dia berbeda karena setiap pesan yang dibubuhkannya
dalam kolom chat kita. Percakapan yang terkesan random tapi berkualitas itu.
“Iya berkualitas, gimana enggak? Kamu
bahasnya kalau enggak politik, teknologi, atau hal-hal besar yang menyangkut
dunia.” Aku yang selalu protes saat Dirinya mulai membahas topik-topik yang
membuat kepalaku panas.
Dengan entengnya Dia menjawab “ karna Aku suka, dan Aku suka karna aku bahasnya sama kamu, Orang yang kuanggap nyambung.” Perkataannya benar juga, terbukti percakapan kita selalu berjalan lama.
Perkenalan
Maka
izinkan aku memperkenalkan diri sekali lagi, secara resmi dihadapan dunia.
Bahwa Aku Cheara. Yang selalu dibuat pusing saat membaca pesan darinya. Pesan
yang datang setiap malam, yang dulu terkesan bisa saja, sekarang adalah pesan
yang teramatku tunggu. Menanti topik apa yang akan Dia bawakan, atau hal besar
apa yang ingin diskusikan.
“Apa Kabar ?” Pesan pertama yang selalu dikirim,
ketika memulai dialog yang ujungnya Dia sendiri tidak tahu.
“Aku Baik, hari ini topiknya apa?” Tanyaku
“ Gak tahu, ada saran?” jawab Leibra kemudian
“Gak ada, jangan bahas politik lagi Aku
pusing.” Keluhku
“Aku denger kamu suka nulis?” Balasnya
Kemudian
“Denger dari mana? Aku rasa temen Kamu gak
ada yang kenal Aku.” Jawabku cepat
“Aku lihat di media sosial kamu, tulisanmu
bagus. Aku suka Chea.” Ketiknya sedikit lama,
“Sayangnya tulisan itu bukan buat kamu Ibra, sesuka apa pun kamu sama
tulisannya gak akan ngerubah apa pun dalam idup Aku.” Balasku kemudian setelah
beberapa kali kuhapus
“Aku tahu.
Apa salahnya hanya jadi penikmat dalam setiap karya indah yang kamu buat ?”
Aku terdiam, bahwasanya kenyataannya tidak
seperti yang ada dalam pikirannya, Leibra bukan hanya penikmat dalam Karya itu.
Dia adalah tokohnya, tokoh dalam setiap karya yang Aku buat. Aku tidak
bicarakan ini ke Dia. Aku hanya takut...takut Dia akan marah, dan pergi saat
karyaku belum usai sepenuhnya. Anggap saja aku egois, mementingkan diri sendiri
, hanya untuk tulisan sampah yang Aku sendiri lebih butuh jawabannya.
Besrambung ....
0 Komentar